Kamis, 04 Juli 2013

Rumah Tradisional Tahan Gempa

0



Terkait gempa di Aceh pada Selasa tanggal 2 Juli 2013 yang menewaskan 24 orang, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebenarnya telah melakukan sosialisasi rumah tahan gempa. Sosialisasi ini dilakukan terutama di daerah-daerah rawan gempa. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, belum banyaknya rumah tahan gempa di Indonesia karena harganya mahal. Rumah tahan gempa memiliki penanganan khusus di bagian siku dan fondasi. 


"Ini terkait ekonomi masyarakat. Rumah tahan gempa harganya lebih tinggi 30 persen ketimbang rumah biasa. Itulah sebabnya belum semua rumah di daerah rawan gempa dirancang tahan gempa," kata Sutopo, kepada Kompas.com, di Jakarta, Rabu (3/7/2013). 

Namun begitu, lanjut Sutopo, banyak juga masyarakat yang tetap mempertahankan rumah-rumah dengan gaya tradisional yang terbukti lebih mampu menahan gempa. Rumah yang dibangun berbasis kearifan lokal selama ratusan tahun dapat bertahan dari goncangan gempa. 



Arsitektur Minangkabau dalam bangunan Rumah Gadang yang telah lama dipakai di Sumatera Barat ternyata menunjukkan masyarakat setempat telah lama mengadopsi teknik bangunan tahan gempa. Arsitektur Rumah Gadang memiliki keunikan bentuk pada atap yang menyerupai tanduk kerbau dibuat dari bahan ijuk. Bentuk badan rumah segi empat dan membesar ke atas (trapesium terbalik). Atap Rumah Gadang melengkung tajam seperti bentuk tanduk kerbau yang sisinya melengkung ke dalam. Sedangkan bagian tengahnya rendah seperti perahu dan secara estetika merupakan komposisi yang dinamis. Desain bangunan seperti ini, menurut para ahli arsitektur, merupakan konstruksi bangunan tahan gempa.


Selain rumah Gadang, rumah Joglo juga adalah rumah tahan gempa. Rumah Joglo dikenal memiliki desain yang megah dan indah serta dapat meredam gempa. Bangunan Joglo mempunyai kekhasan pada konstruksi atap yang kokoh dan berbentuk lengkungan-lengkungan yang terpisah pada satu ruang dengan ruang lainnya. Sebuah rumah joglo terbangun dari empat tiang utama. Struktur seperti itu, selain sebagai penopang struktur utama rumah, juga sebagai tumpuan atap rumah.

Struktur rumah joglo berupa rangka yang memperlihatkan batang-batang kayu yang disusun dengan menerapkan bentuk mirip tenda. Hal ini didasarkan pada sistim dan sifat sambungan kayu yang digunakan, semuanya bersifat mengantisipasi gaya tarik. Singkatnya, kemampuannya meredam gempa adalah karena antarstruktur dan materialnya saling berkait, dan juga karena sambungan antarkayunya yang tidak kaku. Hal ini membuat bangunannya fleksibel dan memiliki toleransi tinggi terhadap gempa.

Hal lain yang membuatnya dapat meredam guncangan gempa adalah sistem tumpuan dan sambungannya. Sistem tumpuan bangunan joglo menggunakan sendi. Sistem sambungannya yang tidak memakai paku, tetapi menggunakan lidah alur. Tidak hanya itu, kemampannya meredam gempa disebabkan juga oleh material yang digunakan. Joglo menggunakan kayu untuk dindingnya, dan genteng tanah liat untuk atapnya. Material ini baik karena bersifat ringan sehingga relatif tidak terlalu membebani bangunan.


Semoga Bermanfaat!





0 komentar:

Posting Komentar